Minggu, 17 Maret 2013

keaneka ragaman budaya



Keragaman Budaya Indonesia


Pendahuluan

Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke modern, dan kewilayahan.

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.

Bukti Sejarah

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel. Misalnya kebudayaan kraton atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel dengan kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai ”Bhinneka Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata namun kepada konteks kebudayaan.

Didasari pula bahwa dengan jumlah kelompok sukubangsa kurang lebih 700’an sukubangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang sesungguhnya rapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang dimilikinya maka potensi konflik yang dipunyainya juga akan semakin tajam. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam masyarakat akan menjadi pendorong untuk memperkuat isu konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat dimana sebenarnya konflik itu muncul dari isu-isu lain yang tidak berkenaan dengan keragaman kebudayaan. Seperti kasus-kasus konflik yang muncul di Indonesia dimana dinyatakan sebagai kasus konflik agama dan sukubangsa. Padahal kenyataannya konflik-konflik tersebut didominsi oleh isu-isu lain yang lebih bersifat politik dan ekonomi. Memang tidak ada penyebab yang tunggal dalam kasus konflik yang ada di Indonesia. Namun beberapa kasus konflik yang ada di Indonesia mulai memunculkan pertanyaan tentang keanekaragaman yang kita miliki dan bagaimana seharusnya mengelolanya dengan benar.

Peran pemerintah: penjaga keanekaragaman

Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman kebudayaan adalah sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah berfungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi warganya, sekaligus sebagai penjaga tata hubungan interaksi antar kelompok-kelompok kebudayaan yang ada di Indonesia. Namun sayangnya pemerintah yang kita anggap sebagai pengayom dan pelindung, dilain sisi ternyata tidak mampu untuk memberikan ruang yang cukup bagi semua kelompok-kelompok yang hidup di Indonesia. Misalnya bagaimana pemerintah dulunya tidak memberikan ruang bagi kelompok-kelompok sukubangsa asli minoritas untuk berkembang sesuai dengan kebudayaannya. Kebudayaan-kebudayaan yang berkembang sesuai dengan sukubangsa ternyata tidak dianggap serius oleh pemerintah. Kebudayaan-kebudayaan kelompok sukubangsa minoritas tersebut telah tergantikan oleh kebudayaan daerah dominant setempat, sehingga membuat kebudayaan kelompok sukubangsa asli minoritas menjadi tersingkir. Contoh lain yang cukup menonjol adalah bagaimana misalnya karya-karya seni hasil kebudayaan dulunya dipandang dalam prespektif kepentingan pemerintah. Pemerintah menentukan baik buruknya suatu produk kebudayaan berdasarkan kepentingannya. Implikasi yang kuat dari politik kebudayaan yang dilakukan pada masa lalu (masa Orde Baru) adalah penyeragaman kebudayaan untuk menjadi “Indonesia”. Dalam artian bukan menghargai perbedaan yang tumbuh dan berkembang secara natural, namun dimatikan sedemikian rupa untuk menjadi sama dengan identitas kebudayaan yang disebut sebagai ”kebudayaan nasional Indonesia”. Dalam konteks ini proses penyeragaman kebudayaan kemudian menyebabkan kebudayaan yang berkembang di masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan kelompok sukubangsa asli dan kelompok marginal, menjadi terbelakang dan tersudut. Seperti misalnya dengan penyeragaman bentuk birokrasi yang ada ditingkat desa untuk semua daerah di Indonesia sesuai dengan bentuk desa yang ada di Jawa sehingga menyebabkan hilangnya otoritas adat yang ada dalam kebudayaan daerah.

Tidak dipungkiri proses peminggiran kebudayaan kelompok yang terjadi diatas tidak lepas dengan konsep yang disebut sebagai kebudayaan nasional, dimana ini juga berkaitan dengan arah politik kebudayaan nasional ketika itu. Keberadaan kebudayaan nasional sesungguhnya adalah suatu konsep yang sifatnya umum dan biasa ada dalam konteks sejarah negara modern dimana ia digunakan oleh negara untuk memperkuat rasa kebersamaan masyarakatnya yang beragam dan berasal dari latar belakang kebudayaan yang berbeda. Akan tetapi dalam perjalanannya, pemerintah kemudian memperkuat batas-batas kebudayaan nasionalnya dengan menggunakan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi, dan militer yang dimilikinya. Keadaan ini terjadi berkaitan dengan gagasan yang melihat bahwa usaha-usaha untuk membentuk suatu kebudayaan nasional adalah juga suatu upaya untuk mencari letigimasi ideologi demi memantapkan peran pemerintah dihadapan warganya. Tidak mengherankan kemudian, jika yang nampak dipermukaan adalah gejala bagaimana pemerintah menggunakan segala daya upaya kekuatan politik dan pendekatan kekuasaannya untuk ”mematikan” kebudayaan-kebudayaan local yang ada didaerah atau kelompok-kelompok pinggiran, dimana kebudayaan-kebudayaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

Setelah reformasi 1998, muncul kesadaran baru tentang bagaimana menyikapi perbedaan dan keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Yaitu kesadaran untuk membangun masyarakat Indonesia yang sifatnya multibudaya, dimana acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multibudaya adalah multibudayaisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan (Suparlan,1999). Dalam model multikultural ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik tersebut. Model multibudayaisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah”.

Sebagai suatu ideologi, multikultural harus didukung dengan sistem infrastuktur demokrasi yang kuat serta didukung oleh kemampuan aparatus pemerintah yang mumpuni karena kunci multibudayaisme adalah kesamaan di depan hukum. Negara dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator sekaligus penjaga pola interaksi antar kebudayaan kelompok untuk tetap seimbang antara kepentingan pusat dan daerah, kuncinya adalah pengelolaan pemerintah pada keseimbangan antara dua titik ekstrim lokalitas dan sentralitas. Seperti misalnya kasus Papua dimana oleh pemerintah dibiarkan menjadi berkembang dengan kebudayaan Papuanya, namun secara ekonomi dilakukan pembagian kue ekonomi yang adil. Dalam konteks waktu, produk atau hasil kebudayaan dapat dilihat dalam 2 prespekif yaitu kebudayaan yang berlaku pada saat ini dan tinggalan atau produk kebudayaan pada masa lampau.

Menjaga keanekaragaman budaya

Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan dengan produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya, perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik kebudayaan yang berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai, dan sistem kepercayaan. Keragaman budaya dalam konteks studi ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan keragaman kebudayaan adalah suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”, cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO 2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya.

Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungannya. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa setempat. Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di nusantara. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah sesungguhnya kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Selasa, 05 Maret 2013

las mig

Keuntungan dari Proses Pengelasan MIG

Ketika berbicara tentang berbagai jenis proses dalam las teknologi, las MIG mengambil tempat yang penting karena berbagai luas penggunaan. Nama teknis dari pengelasan MIG gas metal arc welding (GMAW). Pengelasan MIG adalah teknik yang diikuti oleh banyak teknisi untuk tujuan yang bervariasi dari industri untuk situs konstruksi. Las MIG adalah semi-otomatis las prosedur yang melibatkan konduktor pecah elektroda, lapisan gas yang membela dan welding gun. Sebuah energi listrik yang dipasok melalui kawat pada akhir gabungan dari ujung menghunus senjata. Apa yang terjadi ketika mekanik menurunkan induksi pada pistol memegang adalah bahwa gas perisai dan kawat diatur dalam gerakan yang sama, yang memberikan keluar melas. Teknik Pengelasan MIG sangat unik sebagai gas yang digunakan untuk pengelasan yang berbeda logam berbeda sesuai.
Seorang pria pengelasan MIG patch ke depan chassis Land Rover.
Proses pengelasan MIG dimulai ketika kawat yang bermuatan listrik ini telah dimasukkan ke dalam Las busur. MIG biasanya cocok untuk menyelesaikan metode sebagai sadapan pengelasan adalah waktu dan lagi mudah untuk melaksanakan. Sebenarnya juga telah dipelajari dan mengatakan bahwa bahkan robot mampu melakukan teknik ini. Tidak seperti teknik pengelasan lainnya, MIG mampu mengurus penjepit ringan dan las aluminium.
Sama seperti teknik lain, pengelasan MIG telah menetapkan sendiri keuntungan dan menggunakan kunci. Artikel ini membahas tentang yang sama dalam rangka untuk membuat pengguna baru memahami teknik dalam cara yang lebih baik.
Keuntungan dari teknik MIG Welding adalah salah satu yang membuat salah satu teknik yang paling praktis serta dapat diandalkan. Keuntungan utama dari MIG Welding adalah Keuntungan utama dari pengelasan MIG adalah bahwa hal itu sangat mudah untuk menangani dan tidak perlu pengalaman besar atau bakat untuk mendapatkan benar. Kita dapat menemukan bahwa bahkan pengguna pertama kali dapat memberikan output yang layak tanpa kesulitan banyak atau bantuan. Kita pasti bisa menyebut pengelasan MIG sebagai salah satu metode yang paling efektif biaya yang relatif cepat serta mudah untuk melaksanakan. Dalam pengelasan gas metal arc, kita akan menggunakan gas untuk melindungi genangan las dan busur.
Keuntungan besar berikutnya dari pengelasan MIG adalah bahwa itu adalah teknik saver waktu terbaik sepanjang masa. Biaya kerja teknik ini demikian diturunkan dan pekerjaan dilakukan dalam jumlah minimal waktu, yang juga membuat salah satu metode yang paling disukai pengelasan. Sama seperti proses welding lainnya, MIG juga memiliki seperangkat bahan habis pakai yang perlu diubah dari waktu ke waktu dalam rangka untuk mendapatkan output yang baik.
Pengelasan MIG izin untuk lasan selama teknik mengatur untuk beberapa derajat panjang elektroda. Sama cara, tidak ada kebutuhan untuk menggunakan logam pengisi dalam kasus MIG Welding sebagai teknik nyaman bahkan untuk Logam tipis tanpa kesulitan apapun.

Parameter Pengelasan SMAW


Parameter Pengelasan SMAW

REP | 27 April 2011 | 20:15 Dibaca: 900   Komentar: 0   Nihil
13039098411289592349
1. Arus listrik
Penggunaan arus yang terlalu tinggi akan menyebabkan penetrasi atau fusi terlalu besar yang kadang-kadang menyebabkan jebolnya sambungan las dan daerah terpengaruh panas akan lebih besar juga. Bila penggunaan arus terlalu kecil akan menyebabkan penetrasi dangkal
2. Tegangan pengelasan
Tegangan pengelasan akan menentukan bentuk fusi dan reinforcement .Pertambahan tegangan akan membuat lebar las bertambah rata, lebar dan penggunaan Fluksnya bertambah besar pula.Tegangan yang terlalu tinggi akan merusak penutupan logam las oleh cairan Fluks yang dapat memberikan peluang uadara luar berhubungan dan menyebabkan terjadinya porositas.
3. Kecepatan pengelasan
Kecepatan pengelasan adalah suatu variasi yang sangat penting dalam proses SAW karena akan menentukan jumlah produk pengelasan dan metallurgi lasnya. Penambahan kecepatan pengelasan pada sambungan fillet mempersingkat waktu, tetapi pada pengelasan sambungan tumpul yang beralur hanya kecil mempersingkat waktu. Karena pada sambungan beralur jumlah deposit adalah variabel untuk waktu pengelasan. Penambahan kecepatan pengelasan akan mengurangi masukan panas pada proses pengelasan.
4. Diameter kawat elektroda
Pengurangan diameter kawat elektroda dalam ini tanpa merubah parameter lainnya akan memperbesar tekanan busur, yang berarti penetrasi akan semakin dalam dan lebar deposit semakin berkurang.
5. Ketebalan lapisan Fluks
Ketebalan lapisan Fluks yang digunakan dalam pengelasan proses SAW juga mempengaruhi bentuk dan kedalaman penetrasi pengelasan. Bila lapisan Fluks terlalu tipis maka arus akan tidak tertutup dan hasil lasan akan retak atau poros. Bila lapisan Fluks terlalu tebal maka akan menghasilkan reinforcement terlalu tinggi.

cara mengelas 4G

AWS D1.1 SMAW Welding Certification Procedure Specifications

The AWS SMAW 4G welding certification procedure specifications are almost identical to the AWS SMAW 3G welding certification procedure specifications. This certification is very similar to the 3G welding certification with a few exceptions. The first main difference is that the AWS D1.1 4G welding certification certifies you to do fillet welds in the 1F, 2F, 4F, positions, and groove welds in the 1G, 2G, 4G, positions, but it does not certify you to weld in the 3F and 3G positions. By taking the 3G and 4G welding certifications together, it certifies you to weld plate in all positions, and to do fillet welds on pipe with a minimum diameter of 24 inches. When taking these certifications together it also put them into a single procedure. The other main difference is more customary then a procedure specification that involves horizontal and overhead welding. When doing horizontal and overhead welds they are typically done in stringer beads verses flat and vertical welds using weave welds.
The 4G welding certification also comes in two thick nesses. The first is the 3/8 inch limited thickness procedure. This is the one I am taking. The second is the 1 inch thick plate and it the unlimited thickness procedure. The limited thickness procedure certifies a welder to steel between 1/8 to 3/4 of an inch thick steel.
The 4G welding certification also has the same expiration time period. That is if you do not weld using shielded metal arc welding in the overhead position it will expire worthless in 6 months or a 180 days. The welding certifications must be kept up to date with either an employer signing the welding log in the back or simple take a refresher course at a welding school and have them sign off on the procedure.
Welding Certification Procedure Specifications
  •  Welding Process. SMAW
  •  Joint Type. Butt
  •  Backing. Yes
  •  Backing Material. ASTM A36
  •  Root Opening. 1/4 to 5/16
  •  Grove Angel. 45 degrees
  •  Back Gouge. No
  •  Base Metal. ASTM A36
  •  Type or Grade. Steel
  •  Thickness. Groove. (in) .375
  •  Filler Metals AWS Specification. A5.1
  •  Filler Metals AWS Classification. E7018
  •  Electrode Diameter. 1/8
  •  Amps. 90 to 140
  •  Electrode Characteristics Current. DCEP
  •  Shielding Electrode Flux (class). 4
  •  Stringer or Weave. Either
  •  Multi-Pass or Single Pass (per side). Multiple
  •  Interpass Cleaning. Mechanical or Wire Brush

SMAW Welding Machine Set-Up

Miller Dialarc 250 set at 116 amps for a 3G SMAW welding certification using a E7018 electrode. The 4G procedure just like the 3G procedure states that the SMAW welding machine needs to be set within the range of 90 to 140 amps. I used the same Miller Dialarc 250 welding machine, setting it at a 116 amps like my 3G welding certification. When setting up my machine on a practice bevel I found this setting to be just right. On the root and fill pass I was able to do a weave and on the cap I did stringer welds. As for my stringer welds I needed the machine to run hot enough for the rod to be literally pushed into the metal without sticking. When I weld overhead with a stick welder I typically just start the arc and then shove the rod into the joint. I let the rod burn on its own rate without any manipulation. Literally I do not move my hand and just lean on the rod letting it do all of the welding. This technique works well but requires the machine setting to be hot enough that the electrode has no chance of sticking. Just playing around with the settings I got the 1/8 E7018 electrode to weld at a 140 amps in the overhead position and put down a nice weld. The down side of this is if your electrode angle is off just a bit you will get arc blow. I am mentioning this because many new welders who try to weld overhead assume that you want the amperage to be on a lower setting. The reality of overhead welding is that the hotter the welding machine settings are, the easer to weld. Its more psychological factor

Preparation of the SMAW 4G Test Coupons

Unlike the 3G welding certification were I took a lot of pictures. I did get caught up in the moment of taking the 4G welding certification and forgot to take many key pictures. Unfortunately this is the real test and there are no retakes while doing it!
The preparation of the 4G test coupons is the same as the 3G procedure. These are the AWS D1.1 notes for the 4G SMAW procedure with pictures:
4G 3/8 in limited thickness procedure test coupons received ready for preparation. Here are the test coupons and this is how I received them.
I grinded all of the mill scale off  of the front of the bevel a minimum of 1 inch back and also did the same for the back of the bevel. . Then I grinded the bevel to get rid of all oxidation. That was followed by rechecking of the bevel angle. Again each bevel was exactly 22.5 degrees and it was inspected. Here is why it was done in this order:
Checking bevel angle on a 4G test coupon with a protractor.
1. Grind all hot roll scale adjacent to the bevel, 1” on the front and ¼” back side of the test plate.
2. Grind off all oxidation on the bevel to bare metal. Re-check the bevel angle for the correct angle.
3. Grind all the hot scale off the backing bar to clean metal.
4. The inspector will check the preparation before fitting-up test pieces.
The bevels were tacked together, the root opening was set with two 1/8 electrodes, and then the plates were inspected.
Setting the root opening using two 1/8 electrodes.
5. After the fit-up is completed the inspector will check all the fit-up specifications
I put the test plates into the overhead position and they were inspected and marked with a white marker. This is done so the plates are not moved in any way while welding or grinding.
4G test plate in position.
6. Now the test will be placed in the fixed position. The test piece will be marked in position with a marker and the inspector may see the test anytime during the testing. (DURING THE TEST, THE PIECES SHALL NOT BE MOVED IN ANY DIRECTION AND OR REMOVED FROM THE TESTING PLACE WITHOUT THE INSPECTORS APPROVAL.)

SMAW 4G Certification Welding Techniques

Overhead Root Pass Welding Techniques

To start the root pass I positioned myself in a way that I can weld toward myself. The first picture is exactly my view from behind the helmet while I am welding. The root took two and a half E7018 electrodes and had two restart. I did a weave technique holding the sides of the bevel until the arc of the electrode would roll and washes into the bevel. If I remember correctly I held each side for about one second. The second picture is the first root weld with the slag covering. Once I put in the root I cleaned it with a chipping hammer and wire wheel. The root was then inspected because the procedure stated:
7. The root pace shall be inspected.
This is where I forgot to take pictures. After that I did a light grinding of the root to ensure there were no slag inclusions and that is in the third picture.
My view from behind the helmet when welding in the 4G position. Root pass with the slag covering. The root pass grinded to avoid slag inclusions.
The fill pass using 6 electrodes.

Overhead Fill Pass Welding Techniques

Before doing the fill pass I let the plate cool till I could barely touch it with my bare hand. On the fill pass I used a wide weave technique holding the sides briefly. It took six E7018 electrodes and five restarts. Since the fill pass came almost to the top of the bevel the slag just popped off by itself and all I had to do is just go over it with a wire wheel.
Overhead cap weld using stringers.

Overhead Welding Techniques for the Cap and Cover Pass

Before welding the cap I let the plate cool until I could touch it. When welding the cap I used stringer beads. The technique I used was just start the arc and shove the rod into the joint. There was no manipulation of the electrode or any hand movement. I literally let the rod do all of the work! The way this works is the rod is pointed away from you on a 15 degree angle and as the rod burns all you do is keep applying pressure on it till the weld is finished. This is how I typically do most of my welds outside of a welding certification. The cap took four electrodes and had no restarts. To clean the slag all it took was just a light tap with a chipping hammer and it came off. After I finished the cap I cleaned it with a wire brush.
Weld reinforcement repair. I inspected the cap while still in position and noticed a few spots that had excessive weld reinforcement. I took a 1/8 electrode to measure the height of the weld and marked a few areas that I needed to grind. I grinded the excessive weld reinforcement until the 1/8 electrode was even with the height of the cap. I did this because the welding procedure states:
“The face of the weld shall be flush with the surface of the base metal, and the weld shall merge smoothly with the base metal. Undercut shall not exceed 1/32 in. (1 mm). Weld reinforcement shall not exceed 1/8 in. (3 mm)
Most welding certification procedures allow one repair to be given after the weld is inspected. Once the test is inspected and you do a repair there are no more fixes after that. This is a perfect example of why you should inspecting you own welds. If you find something wrong and fix it, it is fine, but don’t expect to get any slack if someone has to do your job. With a welding certification after the first inspection that second repair needed results in total test failure. And no you do not get to bend it! Don't take this like you are allowed to do many repairs. If your welds need a lot of repairs and the inspector notices you struggling you may fail on the spot. Not all welding procedures allow repairs or even the use of a grinder or wire wheel!

Preparation of the Test Coupons

4G test plate marked for cutting. 4G test plate cut and ready to bend. The test coupons were pre paired exactly like my 3G welding certification. I marked the test specimens, cut them on a band saw, took a punch and marked the center of the welds, removed the backing bar, and grinded down the root and face to the thickness of the test material.

The Bend Test

The first bend done was the root bend followed by the face bend. Both pieces passed and I did not need the alternate. As you can see below the test coupon were not completely clean. I had a few minor defects that were well within the AWS D1.1 acceptance criteria. The openings were less then 1/32 of an inch so they did not count as discontinuities. I asked why these pieces had these openings and I was told these are common when using weave techniques.
Here are the acceptance criteria for the bend test in the words of the American Welding Society.
“Acceptance Criteria for Bend Tests. The convex surface of the bend test specimen shall be visually examined for surface discontinuities. For acceptance, the surface shall contain no discontinuities exceeding the following dimensions: (1) 1/8  in. (3 mm) measured in any direction of the surface
(2) 3/8 in. (10 mm) – the sum of the greatest dimensions of all discontinuities exceeding 1/32 in. (1 mm) , but less than or equal to 1/8 in (3 mm).
(3) ¼ in. (6 mm) – the maximum corner crack resulting from visible slag inclusions or other fusion type discontinuities, then 1/8 in. (3 mm) maximum shall apply
Specimens with corner cracks exceeding ¼ in. (6 mm) with no evidence of slag inclusions or other fusion type discontinuities shall be disregarded, and a replacement test specimen from the original weldment shall be tested.”
Sucessful 4G bend test side view. SMAW 4G test coupons front view bend test in accordance to the AWS D1.1 procedure. Here are the results of the bend test. As you can see there are some minor openings but well within the acceptance critera.
Next MIG Welder Certification

Sertifikasi Welder Untuk Depnaker RI

Rabu, 30 Mei 2012

Pelatihan Pengelasan dan Sertifikasi

PELATIHAN PENGELASAN:

Adapun program pelatihan pngelasan yang kami selenggarakan meliputi:
  • SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
  • GMAW (Gas Metal Arc Welding)
  • GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)
  • OAW (Oxyasitelene Arc Welding)
  • BRAZING
PROGRAM SERTIFIKASI:
  • Welder Kelas 1:
    Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
    Pipe: 1G, 2G, 5G, 6G
  • Welder Kelas 2:
    Plate: 1G, 2G, 3G, 4G
    Pipe: 1G, 2G, 5G
  • Welder Kelas 1:
    Plate: 1G, 2G
    Pipe: 1G, 2G
 MATERI AJAR:

MATERI AJAR:
  1.  Kesehatan dan Keselamatan Kerja
-  Alat Pelindung Diri
-  Pengenalan Terhadap Potensi Bahaya Pengelasan
  1. Gambar Teknik
-  Membaca Gambar
-  Simbol Pengelasan
  1. Ilmu Bahan (Material)
-  Pengelompokan Bahan
-  Sifat-sifat Bahan
-  Sifat Mampu Las (Weldability)
  1. Pengujian Hasil Lasan
-  Maksud dan Tujuan
-  Jenis-jenis Pengujian (DT/NDT)
-  Metode Pengujian Merusak dan Tidak Merusak
  1. Teknik Pengelasan (SMAW/GMAW/GTAW)
5.1         Pengelasan Umum:
-  Keuntungan Proses Pengelasan
-  Pengelasan Cair
-  Satuan Ukur Arus Listrik
-  Aturan Keamanan Las Listrik/Gas
5.2        Las Listrik:
-  Sumber Arus Las
-  Elektroda
-  Penyetelan Arus
-  Penyambungan Kutub
-  Menyalakan Busur
5.3         Bentuk-bentuk Kampuh Las
5.4        Tegangan Sisa dan Distorsi
5.5         Pencegahan Tegangan Sisa dan Distorsi
5.6         Kemampuan Las Baja
5.7         Posisi Pengelasan
  1. Cacat Las
-  Identifikasi Cacat
-  Pencegahan dan Penanggulangan Cacat

Pelatihan Untuk Menjadi Juru Las Terampil

Wir bieten an: gebϋhrenfreie Ausbildung zum zertifizierten
Schweißspezialisten fϋr WIG & MIG/MAG Prozesse


Kursdauer : fϋnf Werktage (von 8.00 uhr bis 17.00 uhr)
Teilnahmeberechtigt sind SMP, SMA und SMK- Absolventen, beverzugt Sozial-schwache und Waisen unter 25 Jahren.
Wir suchen Lehrkräfte fϋr den Schweißkurs und bitten Betriebe, die bereit sind, dieses Projekt zu fördern und Absolventen einzustellen, uns zu kontaktieren.

PELATIHAN UNTUK MENJADI JURU LAS TERAMPIL
PROSES TIG & MIG / MAG

Dilaksanakan setiap hari kerja (Mulai jam 08.00 - 17.00)
Ditujukan kepada kaum muda : * Usia dibawah 25 th
Anak Yatim dan Fakir Miskin * Sekolah Menengah

BIAYA GRATIS……

- Kepada Instruktur / Dosen yang berminat silahkan bergabung.
- Kepada Industri yang berminat menjadi sponsor dan menerima kerja lulusannya silahkan menghubungi kami :
TRAINING WELDER QUALIFIED
FOR TIG & MIG / MAG
Everyday Performed (From 08.00 - 17.00)
For Poor young people : * Under 25 years old
* High School

FREE OF CHARGE…..

- For Instructor / lecturer please joint us.
- For industries who will be sponsored and accept for worker please contact us :
ARCMART INDONESIA
Jl. Kebonjati No. 228 Bandung 40181
Tlp. 022-6018926
Workshop :
Jl. Siliwangi No. 77
Baleendah Kab. Bandung
Pengelasan adalah salah satu ilmu teknik yang unik, perlu keterampilan dan persyaratan khusus. Banyak ketersediaan lapangan kerja di industri yang membutuhkan Juru Las Terampil, tetapi kesiapan Juru Las Terampil belum tercukupi dan hampir tanpa regenerasi.

Untuk menjadi Juru Las yang Terampil dan Handal memerlukan Biaya yang sangat mahal dan keinginan niat yang kuat. Niat yang kuat dan bakat yang cukup banyak dimiliki oleh anak-anak yatim, kaum dhuafa dan orang miskin yang tidak memiliki pekerjaan.

Kami para Ahli Las yang di Koordinasikan oleh ARCMART INDONESIA melaksanakan PELATIHAN JURU LAS GRATIS UNTUK ANAK INDONESIA YANG KURANG MAMPU.


Angkatan pertama (I) pelatihan ini telah selesai di laksanakan pada tanggal 14-19 Maret 2011 bertempat di Workshop Arcmart Indonesia Jl. Siliwangi No. 77 Baleendah Kab. Bandung dan di ikuti oleh 9 (Sembilan ) orang peserta yang berasal dari Bandung, Sumedang dan Subang diantaranya : Ardiansyah, Deni Herdian, Doni Zulmi Zulkarnaen, Ega Saepulloh, Ferry Maulana Setiawan, Nono Kusmana, Rendi Harli Joharudin, Sahma Mulyana dan Wiryadinata.

Pelatihan ini di bimbing oleh instruktur-instruktur yang telah berpengalaman di bidangnya seperti Bp. Achmad Rohenda Pensiunan Instruktur Las di MIDC Bandung dan Bp. Ir. Sukardi, MBA Direktur dari Arcmart Indonesia.

Para peserta pelatihan ini berhasil lulus dengan nilai yang baik, sehingga mereka telah berhasil diterima bekerja sebagai juru las di perusahaan pembuatan Dump Truck di Tangerang.

Pelatihan Juru las ini menggunakan Welding Trainer (Simulator) GSI-SLV / DVS Germany dan mesin las GMAW ( conventional )dengan materi latihan sebagai berikut :



Sampai saat ini Arcmart Indonesia adalah sponsor tunggal pelatihan ini. Kami harap untuk angkatan selanjutnya ada pihak-pihak yang bersedia untuk membantu kami menjadi sponsor pelatihan ini.

Semoga dengan adanya Pelatihan Juru Las Gratis ini tercipta generasi-generasi Juru las yang berkualitas, terampil dan handal. Sehingga para pelaku industri yang sedang berkembang tidak kesulitan untuk mencari Juru Las yang dibutuhkan.

Minggu depan kami akan mengadakan lagi Pelatihan Juru Las Gratis Angkatan kedua (II) dengan jumlah peserta sebanyak 15 (Lima belas) orang anak yatim, kaum Dhuafa, Fakir miskin serta anak-anak muda yang belum mendapatkan pekerjaan karena tidak memiliki keterampilan.

Siapa mau mendukung kami… Jangan ragu-ragu silahkan menghubungi kami:
ARCMART INDONESIA
Jl. Kebonjati No. 228 Bandung 40181
Telp. 022-6018926, Fax. 022-6029673
E-mail : arcmart@indosat.net.id ; arcmartindonesia@yahoo.com
Website : www.arcmartindonesia.com
Bank Danamon Indonesia
a/n : Sukardi, MBA (Arcmart Indonesia)

 UP GRADE PENGETAHUAN TEKNOLOGI PENGELASAN, PPNS GELAR NATIONAL WELDING SEMINAR AND COMPETITION 2012

PDF
Sudah santer terdengar bahwa Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) memiliki andil besar dalam perkembangan ilmu teknologi pengelasan. Selain telah memiliki program studi D4 Teknik Pengelasan serta penyelenggara Diklat Welding Inspector dan Diklat Juru Las, PPNS juga rutin menggelar kegiatan yang mendukung akan kemajuan ilmu teknologi pengelasan diantaranya seminar dan kompetisi. Hal ini merupakan peran nyata PPNS dalam penyiapan SDM bidang teknologi pengelasan di tanah air yang semakin unggul.
Pada penghujung bulan Juni 2012 PPNS menggelar National Weding Seminar(NWS) 2012 dan National Welding Competition (NWC) 2012 , dua acara besar berskala nasional dibidang pengelasan tersebut digelar pada hari yang sama yakni 30 Juni 2012 di kampus PPNS, National Weding Seminar digelar dengan system bedah makalah dengan topik yang terkait dengan teknologi pengelasan  dan penyambungan logam. Dengan mengusung tema “Teknologi Pengelasan, Perkembangan dan Tantangannya” seminar ini banyak diminati para peneliti dibidang teknologi pengelasan dan teknologi yang berhubungan dengan logam dan material baik dari kalangan dosen,mahasiswa maupun  industri.  Pemakalah yang datang dari berbagai kalangan membuat seminar semakin menarik dan berkembang, sehingga pengetahuan tentang teknologi pengelasan semakin luas dan dapat saling bertukar ilmu dan mengupgrade pengetahuan tentang teknologi pengelasan baik bagi para peserta maupun para pemakalah.
Sementara National Welding Competition, perhelatan kompetisi pengelasan tingkat nasional ini merupakan event yang ditunggu tunggu oleh pelaku teknologi pengelasan untuk menguji sejauh mana kemampuan mereka dalam mengelas. Diikuti oleh 300 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, kompetisi level nasional ini di bagi menjadi 3 kategori yakni kategori mahasiswa, pelajar SMK/Sederajat dan kategori karyawan industri.  Respon sangat positif dapat dirasakan dari kalangan pelajar SMK/Sederajat, sebab kompetisi ini menawarka hadiah menarik bagi pemenang juara I kategori pelajar SMK/Sederajat bagi mereka yang kini duduk di kelas XII yakni berupa free pass dan beasiswa pendidikan untuk kuliah di program studi D4 Teknik Pengelasan PPNS. “ini merupakan bentuk nyata komitmen kami untuk mengembangkan teknologi pengelasan di Indonesia, kami memberikan beasiswa pendidikan mulai masuk hingga lulus bahkan free pass masuk program studi D4 Teknik Pengelasan tanpa tes karena kami yakin juara I kategori pelajar dari kompetisi ini pasti merupakan bibit unggul dibidang pengelasan yang layak untuk di fasilitasi agar dapat semakin mengembangkan kemampuannya selain itu harapan besar kami dari beasiswa ini adalah untuk memberi semangat pada pemenang dan pelajar lainnya yang belum menang untuk terus mengasah kemampuannya dibidang pengelasan, dan tentu saja hadiah beasiswa dan free pass ini berlaku apabila pemenang adalah pelajar dari siswa kelas XII. PPNS sangat siap untuk mencetak tenaga – tenaga ahli yang unggul di bidang teknologi pengelasan” ungkap Direktur PPNS, Ir. Muhammad Mahfud M.MT FRINA.
Dengan hadiah total senilai 19 juta rupiah, kompetisi ini terbagi menjadi dua babak, babak pertama merupakan babak penyisihan dengan seleksi teori (tes tulis) dengan materi SKKNI – SMAW, masing – masing kategori kemudian dipilih lima finalis dengan hasil tes tulis dengan nilai tertinggi untuk melaju ke babak final berupa tes praktek dengan bobot yang berbeda pada tiap kategorinya. Pemenang akan diumumkan langsung pada malam harinya bersamaan dengan konser Gugun Blues Shelter dan pentas seni mahasiswa PPNS serta pengumuman pemenang Director Cup PPNS 2012 dan POLKA Music Competition 2012.
http://www.ppns.ac.id/index.php/kurikulum-akademik/40-berita-terbaru/373-up-grade-pengetahuan-teknologi-pengelasan-ppns-gelar-national-welding-seminar-and-competition-2012.html

Posisi - Posisi Pengelasan

Posisi pengelasan ada empat macam:
1. posisi dibawah tangan (lihat w, h)
2. posisi mendatar / horizontal (lihat q)
3. posisi vertical (lihar s)
4. posisi diatas kepala (lihat u)

Dibawah ini akan diuraikan cara pengelasan bagi masing-masing posisi

1. posisi dibawah tangan
Dari keempat posisi pengelasan tersebut, posisi bawah tanganlah yang paling mudah melakukannya. Oleh sebab itu untuk menyelasaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat mungkin diusahakan pada posisi dibawah tangan.
Penjelasan:
- pada gambar anda dapat melihat bagaimana seharusnya sudut-sudut elektroda pada berbagai macam kampuh.

Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda.

- kampuh berimpit

- kampuh T

Tebal pelat tidak sama

2. posisi mendatar / horizontal
Pada posisi horizontal kedudukan benda dibuat tegak dan arah pengelasan mengikuti garis horizontal.

Posisi elektroda dimiringkan kira-kira 5o – 10o kebawah, untuk menahan lelehan logam cair, dan 20o kearah lintasan las (sudut jalan elektroda 70o).

Panjang busur nyala dibuat lebih pendek kalau dibandingkan dengan panjang busur nyala pada posisi pengelasan dibawah tangan.

Pengerukan benda kerja sering terjadi karena:
- busur nyala terlalu panjang
- ampere pengelasan terlalu tinggi
- kecepatan jalan elektroda terlalu lambat

Disini diperlihatkan dua macam ayunan yang umum dipakai pada sisi horizontal.

3. posisi vertical
Pada pengelasan vertical, benda kerja dalam posisi tegak dan arah pengelasan dapat dilakukan keatas/ naik atau kebawah/ turun.
Arah pengelasan yang dilakukan tergantung kepada jenis elektroda yang dipakai. Elektroda yang berbusur lemah dilakukan pengelasan keatas, elektroda yang berbusur keras dilakukan pengelasan kebawah.

Dalam mengelas vertical, cairan logam cenderung mengalir kebawah. Kecenderungan penetesan dapat diperkecil dengan memiringkan elektroda 10o – 15o kebawah (lihat gambar).

Untuk pengelasan keatas diperlukan pengayunan elektroda yang teliti dan tepat sehingga dapat diperoleh hasil rigi-rigi yang baik.

Arus pengelasan keatas, lebih kecil dari pada pengelasan kebawah.

Disini diperlihatkan beberapa macam ayunan elektroda mengelas posisi vertical.

Gambar A, bentuk ayunan elektroda bersalut sedang pada pengisian lapisan pertama pada kampuh-kampuh

Gambar B, bentuk ayunan elektroda bersalut tebal pada pengisian lapisan pertama

Gambar C dan D, bentuk ayunan elektroda bersalut sedang pada pengisian lapisan terakhir.

Macam-macam ayunan yang lain adalah:
Tiga macam ayunan untuk kampuh berimpit dan kampuh T
Ayunan untuk kampuh V
Keamanan:
Kenakanlah perlengkapan pengaman sebaik mungkin.

4. posisi diatas kepala
Posisi pengelasan diatas kepala, bila benda kerja berada pada daerah sudut 45o terhadap garis vertical, dan juru las berada dibawahnya.

Pengelasan posisi diatas kepala, sudut jalan elektroda berkisar antara 75o – 85o tegak lurus terhadap kedua benda kerja.

Busur nyala dibuat sependek mungkin agar pengaliran cairan logam dapat ditahan.

Ada dua jenis ayunan elektroda pada pengelasan diatas kepala. Pada umumnya ayunan elektroda hamper sama dengan ayunan elektroda pada posisi vertical.

Disini diperlihatkan kedudukan elektroda pada pengelasan kampuh T, kampuh berimpit, dengan pengisian rigi yang berlapis.

Pengisian lapis pertama, elektroda tidak perlu diayun. Lapis kedua, elektroda dapat diayun atau tanpa diayun.

Urutan pengisian dan sudut elektroda pada kampuh berimpit tegak.

Pengelasan diatas kepala ini sangat sukar dan berbahaya, sebab percikan logam banyak yang jatuh.

Keamanan:
Pakailah pelindung sarung tangan, sepatu tidak boleh ada yang koyak atau berlubang dan kantong-kantong (saku) tidak boleh terbuka.

Agar tangan lebih jauh dari percikan cairan logam, maka elektroda sering dibengkokkan dekat mulut elektroda.

Anda bosan jadi karyawan?, Ingin tambahan untuk mambayar uang kuliah?, ingin sering-sering traktir teman-teman? Atau listrik, pam, arisan dll dibayarkan?
1 juta perbulan mau???
Dapatkan semuanya dengan Investasi hanya Rp. 189.000,- GARANSI UANG KEMBALI 200% JIKA TIDAK SESUAI JANJI.
Asalkan Jalankan sesuai apa yang diajarkan. tidak perlu membutuhkan keahlian khusus di bidang internet maupun bisnis online. Siapapun dan apapun profesi anda tetap bisa.
http://laslistrik.blogspot.com/2007/12/posisi-posisi-pengelasan.html

Selasa, 29 Januari 2013

Pengetahuan dasar tentang pengelasan


Pengetahuan dasar tentang pengelasan

Pengertian Proses Pengelasan
Pengelasan adalah Proses Penyambungan material-material menggunakan panas atau Tekanan atau keduanya, dengan atau tanpa logam pengisi yang mempunyai temperatur leleh hampir sama. Adapun filosofi dari pengelasan tersebut adalah proses memperpendek jarak atom sehingga terbentuk ikatan, Dengan kata lain pengelasan merupakan proses memposisikan atom-atom ke posisi semula sehingga kembali terikat satu sama lain.

Jenis-Jenis Pengelasan
Secara proses, pengelasan dapat di bedakan atas beberapa macam antara lain
A. Las Fusi ( Fusion Welding )
Las Fusi adalah Proses pengelasan dengan mencairkan sebagian logam induk.
Berikut jenis-jenis pengelasan yang termasuk kedalam jenis las fusi:
1. SMAW (SMAW)
SMAW adalah suatu proses pengelasan dimana elektroda yang di pakai bersifat consumeable (habis pakai) yang mana flux melindungi filler dari oksigen agar tidak terjadi oksidasi.
Berikut gambar skema proses SMAW :








2. GMAW ( MIG )
GMAW adalah Proses pengelasan dengan elektroda  terumpan menggunakan Busur listrik sebagai sumber panas dan menggunakan gas pelindung inert / gas mulia, campuran, atao CO2.
Berikut gambar skema proses SMAW :









3. FCAW
Pada dasarnya pengelasan dengan FCAW merupakan proses pengelasan yang mirip dengan GMAW/MIG dan menggunakan kawat Las Berinti Flux.

4. GTAW (TIG)
GTAW adalah Proses pengelasan dengan elektroda tak terumpan menggunakan Busur listrik sebagai sumber panas dan menggunakan gas pelindung inert / gas mulia
Berikut gambar skema proses GTAW :







5. PAW
PAW adalah proses pengelasan dengan pelindung gas dimana panas timbul akibat busur elektroda dengan BK. Busur dipersempit oleh oriffice tembaga paduan yang terletak antara elektroda dan BK. Plasma dibentuk oleh ionisasi bagian gas yang melewati oriffice.
Pada PAW, sebuah elektroda tungsten digunakan sama seperti pada GTAW.Dua aliran gas yang terpisah melewati torch. Satu aliran mengelilingi elektroda didalam badan orifis dan melalui orifis, terjadi penyempitan busur untuk membentuk plasma panas. Gas yang digunakan adalah gas mulia dan biasanya adalah argon. Aliran gas lainnya yaitu gas pelindung lewat diantara badan orifis dan di bagian luar pelindung. Gas ini melindungi logam cair  dan busur dari kontaminasi oleh lingkungan sekitarnya. Gas mulia, seperti argon, juga bisa digunakan untuk pelindung, tapi campuran gas yang tak teroksidasi, seperti argon dengan 5 % hydrogen, bisa juga dimanfaatkan.
Berikut gambar skema proses PAW :










6. SAW
Secara bahasa SAW adalah pengelasan busur rendam. SAW adalah proses Pengelasan busur mirip dengan GMAW tetapi secara bersamaan diumpankan flux untuk melindungi proses mengantikan gas pelindung.
  








7. Electroslag Welding (ESW)
ESW adalah suatu proses las otomatis dengan laju deposit tinggi yang digunakan untuk mengelas logam dengan tebal 2 inci atau lebih secara vertikal
Berikut gambar skema proses ESW :

Electroslag Welding.png









B. Solid State Welding
Solid state welding adalah proses pengelasan dengan tekanan dan, atau tanpa panas.
Berikut jenis-jenis pengelasan yang termasuk kedalam jenis solid state welding:
  1. Explosion Welding
  2. Forge Welding
  3. Friction Welding
  4. Radial Friction Welding
  5. Ultrasonic Welding
  6. Roll Welding
  7. Cold Welding

C. Proses Brazing
Proses brazing adalah proses penyatuan logam-logam dengan logam pengisi yang mencair di atas temperatur 840 oF ( di bawah temperatur cair logam induk ).
Berikut jenis-jenis pengelasan yang termasuk kedalam jenis proses brazing:
  1. Torch Brazing
  2. Furnace Brazing
  3. Induction Brazing
  4. Dip Brazing
  5. Resistance Brazing
  6. Diffusion Brazing
  7. Exothermic Brazing
  8. Brazing with clad Brazing materials

D. Proses Soldering
Proses soldering adalah proses pengelasan dengan logam pengisi yang mencair dibawah temperature 840 oF Umumnya logam pengisi menggunakan Timah.
Berikut jenis-jenis pengelasan yang termasuk kedalam jenis proses soldering:
  1. Iron Soldering
  2. Torch Soldering
  3. Furnace and Infrared Soldering
  4. Dip Soldering
  5. Hot Gas Soldering
  6. Induction Soldering
  7. Wave Soldering

Brazing dan Soldering adalah proses penyambungan dengan menggunakan efek kapilaritas. Dimana Efek Kapilaritas adalah gaya tarik logam yang disambung terhadap logam pengisi cair sehingga permukaan sambungan dikontak oleh logam pengisi dengan syarat jarak antara dua logam harus dekat.

Weldability dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya
Sifat Mampu Las ( Weldability ) adalah kemampuan material disambung dengan proses pengelasan sehingga menghasilkan sambungan yang berkualitas.
Weldability adalah fungsi dari :
  1. Jenis proses las yang dipakai.
  2. Lingkungan operasi dan proses.
  3. Komposisi paduan.
4.   Ukuran dan disain sambungan

Jenis-Jenis Sambungan
Ada beberapa jenis sambungan yang di gunakan dalam pengelasan. Adapun jenis-jenis sambungan tersebut antara lain:
  1. Sambungan silang
  2. Sambungan T
  3. Sambungan tumpul
  4. Sambungan sudut
  5. Sambungan sisi
  6. Sambungan dengan penguat
  7. Sambungan dengan Tumpang
 Lebih jelas jenis-jenis sambungan tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut :


Posisi Pengelasan
Posisi Pengelasan :
1. Flat ( datar ) ® F
2. Horizontal ® H
3. Vertikal ® V
4. Atas kepala ® OH
 Skema SMAW
Berikut skema pengelasan SMAW :










 Elektroda dan Fungsinya pada pengelasan
Elektroda adalah sautu material yang di gunakan dalm melakukan proses pengelasan. Elektroda selalu memiliki standarisasi yang berbeda-beda, jadi dengan kata lain elektroda yang di gunakan selalu berbeda-beda tergantung pada jenis pengelasannya.
Berikut standarisasi elektroda :
E XXX XX  atau  E  XX   XX
      A      B                 A       B
A = Kekuatan tarik minimum  ( KSi )
B = Posisi pengelasan
Contoh :
E 6010 ®        UTM ≥ 430 MPa ( 760 ksi )
                        1 ® semua posisi ( F, H, OH, V )
E 6020 ®        UTM ≥ 430 MPa ( 760 ksi )
                        2 ® posisi flat atau horizontal

Elektroda untuk          Stainless steel see        ® AWS A5.4
Nickel and copper alloy  see   ® AWS A5.11 dan A5.6
Aluminium alloy  see  ® AWS A5.3
Fungsi elektroda pada pengelasan :
  • Sebagai penyambung material yang akan di lilas.
  • Sebagai pelindung hasil lasan
Cara menghasilkan nyala busur SMAW
Ada 2 metoda :
1. Scratching  ( recommended )
  1. Scracth (gores) logam dengan elektroda berupa goresan pendek
  2. Setelah terbentuk busur, segera angkat elektroda untuk mencegah penempelan dengan logam setinggi  2X diameter elektroda
  3. Tahan posisi itu hingga busur terbentuk dan gas pelindung terbentuk
  4. Gerakan elektroda sepanjang groove


2. Tapping
  1. Gerakan naik turun elektroda secara vertical sampai timbul percikan
  2. Setelah ada percikan angkat elektroda setinggi 2X diameternya
  3. Jika busur belum stabil turunkan elektroda hingga 1X diameternya

 
  
Las Titik (Spot Welding)
            Las titik merupakan car alas resistansi listrik dimana dua atau lebih lembaran logam dijepit antara elektroda dan logam.
            Waktu yang singkat disebut waktu tekan, kemudian dialirkan arus bertegangan rendah di antara elektroda logam yang saling bersinggungan menjadi panas dan temperatur naik sampai mencapai temperature pengelasan (temperatur fusi logam). Segera setelah temperatur pengelasan dicapai tekanan antara elektroda memaksa logam menjadi satu dan terbentuklah sambungan las.
            Penggunaan proses las titik tergantung kepada :
  1. Besar kecilnya arus listrik
  2. besar kecilnya gaya penekanan
  3. lamanya waktu penekanan
  4. luas singgungan logam

























            Prinsip proses las titik adalah bila arus listrik sebesar I amper melalui suatu hambatan R selama t datik, maka akan terjadi energi termal pada hambatan tersebut. Dapat juga dituis dengan :
H = I. R . t                                    H = jumlah energi termal (Joule)
I   = kuat arus(A)
R  = Hambatan (W)
T  = waaktu (detik)

Empat tahapan dalam satu siklus pengelasan titik :
  1. Waktu tekan.
  2. waktu las, yaitu pada saat logam dijepit agar temperatur naik dan memaksanya menjadi satu.
  3. Waktu tengang, yaitu waktu dimana arus telah dihentikan teapi penekanan masih dipertahankan.
  4. waktu penutup, yaitu dimana logam yang sudah dingin dilepaskan.